Jurnal Teknologi Pertanian
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp
<p>Jurnal Teknologi Pertanian published by the Faculty of Agricultural Technology of the University of Brawijaya to disseminate the results of research conducted by researchers from inside and outside the Faculty of Agricultural Technology Universitas Brawijaya. This journal containing writing of research results which are within the scope of scientific disciplines related to the Agricultural Technology Sciences to support the development of science and technology and national development.</p> <p>Jurnal Teknologi Pertanian published quarterly three times in April, August and December.</p> <p>P-ISSN <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1180430195&1&&" target="_blank" rel="noopener">1411-5131</a> | E-ISSN <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1458532213&1&&" target="_blank" rel="noopener">2528-2794</a></p>en-USAuthors who publish with this journal agree to the following terms:<br /><br /><ol type="a"><ol type="a"><li>Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a <a href="https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/" target="_blank">Creative Commons Attribution License</a> that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal</li><li>Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal</li></ol></ol>[email protected] (Irnia Nurika)[email protected] (Vivien Fathuroya)Tue, 31 Dec 2024 14:51:39 +0000OJS 3.3.0.13http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss60KAJIAN COATING PATI JAGUNG TERHADAP MUTU BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill) VARIETAS MEGA PANINGGAHAN
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1377
<p>Alpukat merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan nutrisi, lemak, dan energi yang cukup tinggi. Alpukat varietas Mega Paninggahan merupakan salah satu buah unggulan yang memiliki angka produksi tinggi dan berasal dari Solok, Sumatera Barat. Alpukat merupakan buah klimaterik yang memiliki waktu pematangan sekitar 7 hari setelah buah dipetik hingga siap untuk dikonsumsi. Buah alpukat yang telah mengalami pematangan akan mudah mengalami kerusakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah upaya agar dapat mempertahankan mutu buah, yaitu dengan pengaplikasian <em>coating</em>. <em>Coating</em> merupakan suatu lapisan yang tipis, berwarna bening atau transparan, berasal dari bahan-bahan yang tidak berbahaya, dan diaplikasikan langsung di atas permukaan produk pertanian. <em>Coating</em> yang digunakan berasal dari pati jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menentukan konsentrasi pati jagung terbaik untuk mempertahankan mutu buah alpukat varietas Mega Paninggahan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu konsentrasi pati jagung. Perlakuan konsentrasi pati jagung terdiri dari 1,2%, 2,4%, dan 3,6%. Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan terbaik <em>coating</em> pati jagung untuk mempertahankan mutu buah alpukat varietas Mega Paninggahan adalah konsentrasi pati jagung 3,6% dengan umur simpan selama 10 hari. Hasil tiap-tiap parameter perlakuan terbaik adalah susut bobot 3,398%, kadar air 81,185%, kekerasan 52,376 N/cm<sup>2</sup>, warna <em>Light</em> 44,324, dan selisih warna <em>Hue</em> 0,947º.</p>Ifmalinda, Tasya Putri Herman; Dinah Cherie
Copyright (c) 2024 Ifmalinda, Tasya Putri Herman; Dinah Cherie
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1377Tue, 31 Dec 2024 00:00:00 +0000PERUBAHAN KARAKTERISTIK TEMPE INSTAN SELAMA PENYIMPANAN BERDASARKAN JENIS KEMASAN DAN SUHU
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1407
<p>Tempe merupakan makanan olahan yang banyak digemari masyarakat Indonesia karena murah dan manfaatnya bagi kesehatan. Permasalahannya adalah umur simpan tempe yang pendek sehingga tempe harus sesegera mungkin dikonsumsi. Salah satu inovasi produk tempe dengan umur simpan yang lebih lama adalah tempe instan. Penelitian ini bertujuan menganalisis perubahan karakteristik tempe instan yang disimpan pada beberapa variasi suhu dan jenis kemasan yang berbeda. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah ekperimental laboratorium. Perlakuan kemasan yang diamati terdiri atas plastik non-vakum, vakum, dan cup, dengan variasi suhu penyimpanan suhu ruang (24–25°C), suhu kulkas (10-13°C), dan suhu panas 35°C. Jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 378 sampel tempe instan. Pengukuran dilakukan selama 27 hari penyimpanan. Parameter yang diamati meliputi tektur, pH, dan kadar air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu penyimpanan menyebabkan kualitas dan kadar air tempe instan semakin menurun, nilai pH terus mengalami peningkatan, dan waktu fermentasi yang dibutuhkan semakin lama. Kekerasan pada tempe instan selama masa penyimpanan terjadi perubahan yang kecil pada masing-masing perlakuan.</p>Ahmad Thoriq, Daffa Khoiris, Dupadi Ciptaningtyas, Lukito Hasta Pratopo
Copyright (c) 2024 Ahmad Thoriq, Daffa Khoiris, Dupadi Ciptaningtyas, Lukito Hasta Pratopo
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1407Tue, 31 Dec 2024 00:00:00 +0000KARAKTERISTIK SMART EDIBLE FILM PACKAGING BERBAHAN PEKTIN, EKSTRAK BUNGA ROSELA, SORBITOL, DAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1414
<p><em>Smart edible film packaging</em> merupakan penggabungan antara <em>edible film</em> dengan <em>smart packaging</em>. Penelitian ini bertujuan mengembangkan <em>smart edible film packaging</em> dengan bahan komposit pektin, ekstrak bunga rosela, dan cangkang telur, serta menginvestigasi sifat fisikokimia akibat perbedaan konsentrasi ekstrak dan cangkang telur. Bunga rosela diekstrak dengan menggunakan air dengan perbandingan 1:30 dan 1: 15, sementara air saja digunakan sebagai kontrol. Sedangkan untuk perlakuan cangkang telur, konsentrasi yang ditambahkan sebesar 0,15% dan 0,3% (b/v). Formulasi tanpa cangkang telur (0%) digunakan sebagai kontrol. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dua faktor yang terdiri dari tiga perlakuan konsentrasi ekstrak dan konsentrasi cangkang telur dengan masing-masing 3 ulangan. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak bunga rosela yang ditambahkan berpengaruh nyata terhadap kandungan antosianin (0,04-6,39 mg cy-3-glu equivalent/100 g bahan), kandungan fenol (111,60-950,71 mg GAE/100 g bahan), aktivitas antioksidan (5,13-65,31% RSA), kuat tarik (0,89-8,36 N/mm<sup>2</sup>), persen pemanjangan (0,22-48,36%), dan laju transmisi uap air (128,6873-232,3983 g/hari/m<sup>2</sup>) <em>smart edible film packaging</em>. Sementara, terdapat perbedaan signifikan pada kuat tarik, persen pemanjangan, dan laju transmisi uap air yang diakibatkan oleh konsentrasi cangkang telur. Hasil analisis menunjukkan nilai WVTR, kuat tarik, dan persen pemanjangan dipengaruhi oleh interaksi kedua perlakuan. Pengujian pada model daging ayam kukus yang disimpan menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna s<em>mart edible film packaging</em> akibat perubahan tingkat kesegaran daging ayam.</p>Eric Huggie Irawan , Erni Setijawaty, Adrianus Rulianto Utomo, Ignasius Radix A.P. Jati
Copyright (c) 2024 Eric Huggie Irawan , Erni Setijawaty, Adrianus Rulianto Utomo, Ignasius Radix A.P. Jati
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1414Tue, 31 Dec 2024 00:00:00 +0000KARAKTERISASI BERAS ANALOG KULIT APEL MANALAGI (Malus sylvestris) PADA VARIASI SUHU PENGERINGAN YANG BERBEDA
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1347
<p>Beras analog adalah produk olahan yang berbentuk seperti butiran beras, tetapi terbuat dari bahan pangan non-beras seperti tepung kulit apel manalagi, tepung porang, dan tepung kacang merah. Pengeringan adalah tahap penting dalam pembuatan beras analog fungsional untuk memastikan kadar air bahan di bawah 15%, sehingga beras dapat disimpan dengan aman untuk waktu yang lebih lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa laju pengeringan dan sifat fisik beras analog yang dikeringkan pada suhu 40, 50, 60, dan 70°C serta menentukan suhu pengeringan paling optimal dalam memperoleh karakteristik terbaik dari beras analog. Tahapan penelitian meliputi pembuatan tepung kulit apel, pembuatan beras analog, dan pengeringan pada suhu 40, 50, 60, dan 70°C. Pengamatan meliputi perubahan kadar air, laju pengeringan, densitas kamba dan perubahan atribut warna (L, a*, b*). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pengeringan tertinggi pada suhu 70°C. Suhu pengeringan optimal pada 70°C dengan kadar air beras analog 5,20%, densitas kamba 0,455 g/mL dan warna pada derajat kecerahan (L*) 66,50, derajat kemerahan (a*) 9,75, dan derajat kekuningan (b*) 24,90.</p>Rizal Nur Alfian, La Choviya Hawa, Joko Prasetyo
Copyright (c) 2024 Rizal Nur Alfian, La Choviya Hawa, Joko Prasetyo
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1347Tue, 31 Dec 2024 00:00:00 +0000HOW RISK MANAGEMENT CAN BE IMPLEMENTED IN NEW AGRO-PRODUCT DEVELOPMENT (NAPD)?: A SYSTEMATIC LITERATURE REVIEW
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1485
<p>New product development is highly complex because it integrates technical challenges from both internal and external sources. The potential for uncertainty or failure exists at every step of the product development process. One of the important tools to minimize risks in product development is risk management in new product development. This paper aims to review some research literature on the concept, process, and category of risk management in new agro-product development. This research uses a literature review analysis to analyze the concept and process of risk management in new product development. The articles were selected from Emerald, Elsevier, Springer, MDPI, and Taylor & Francis databases. The findings of this study demonstrate the critical role of risk management in minimizing risks associated with new product development through the implementation of diverse strategies. Risk management involves identifying, analyzing, evaluating, and treating risks. A variety of internal and external factors influence risk in product development. Internal factors are design, production, financial, management (organizational), marketing, market, technology, and supplier risks. External factors include suppliers, customers, and retailers outside the company. Many businesses, including small and medium-sized enterprises (SMEs), have adopted risk management to prevent product failures and financial losses. This paper provides a research framework for applying risk management to new agroindustrial product development.</p>Naila Maulidina Lu'ayya, Imam Santoso, Siti Asmaul Mustaniroh, Izzum Wafi'uddin, Annisa'u Choirun
Copyright (c) 2024 Naila Maulidina Lu'ayya, Imam Santoso, Siti Asmaul Mustaniroh, Izzum Wafi'uddin, Annisa'u Choirun
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1485Tue, 31 Dec 2024 00:00:00 +0000OPTIMASI DEGRADASI LIGNOSELULOSA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) OLEH Phanerochaete chrysosporium MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1397
<p>Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan biomassa lignoselulosa yang memiliki potensi untuk dikonversi menjadi produk <em>bio-based</em> melalui proses degradasi. Proses degradasi ini dapat dilakukan secara enzimatis oleh <em>Phanerochaete chrysosporium</em>, salah satu jamur pelapuk putih yang mampu memecah struktur kompleks lignoselulosa pada TKKS. Dalam penelitian ini, dilakukan optimasi faktor seperti konsentrasi glukosa, konsentrasi <em>yeast extract </em>dan waktu inkubasi agar memperoleh degradasi lignoselulosa TKKS yang optimal oleh <em>P. chrysosporium</em> dengan menggunakan <em>Response Surface Methodology </em>(RSM). Variabel respon penelitian ini yaitu total gula reduksi (TGR), <em>total soluble phenol</em> (TSP), susut berat dan pH<em>. </em>Hasil solusi optimal diperoleh pada perlakuan konsentrasi glukosa 30 g/L, konsentrasi <em>yeast extract </em>0,5 g/L dan waktu inkubasi selama 21 hari menghasilkan nilai prediksi TGR sebesar 7,244 mg/g, nilai TSP sebesar 0,036 mg/g, pH sebesar 5,69, dan susut berat sebesar 17,085 %, dengan nilai <em>desirability</em> sebesar 0,844. Berdasarkan hasil verifikasi, respon TGR sebesar 7,874 mg/g, respon TSP sebesar 0,031 mg/g, respon pH sebesar 5,69, dan respon susut berat sebesar 16,702%.</p>Sarah Chairunnisa, Irnia Nurika, Nur Hidayat
Copyright (c) 2024 Sarah Chairunnisa, Irnia Nurika, Nur Hidayat
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1397Tue, 31 Dec 2024 00:00:00 +0000SCHEDULED FOG IRIGATION SYSTEM USING ARDUINO UNO AND RTC (REAL-TIME CLOCK) ON FERTILIZATION OF MUSTARD PLANT (Brassica juncea L.)
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1331
<p>The watering of seedings can be done automatically by leveraging the development and advancement of technology, one of which is by utilizing a microcontroller that can be programmed to do watering according to the preferred time. This research aims to design and implement a scheduled fog irrigation system using the Arduino UNO microcontroller and utilizing the RTC (real-time clock) component in the mustard green seeding. In this research, the fog irrigation system is applied to green cabbage by optimizing the Arduino Uno microcontroller, which is used to design electronic circuits to automate the control of watering fog irrigation. Through this system, it is expected that plant watering can be done on time and the plant's water needs can be fulfilled. This research uses the experimental method or experiments with direct observation in the field through several stages, including preparing, designing, and making irrigation installations, constructing a series of scheduled fog irrigation systems, making scheduled irrigation program languages, calibrating RTCs, and working on scheduled fog irrigation systems. The research parameters include water use efficiency and the operation of the scheduled fog irrigation system. The observation parameters were water discharge (mL/min), water use efficiency (%), plant height (cm), number of leaves (strands), and performance of the scheduled fog irrigation system. Three treatments were applied in this study: first-time watering, second times watering, and third times watering. The scheduled fog irrigation system ran well during the research and aligned with the plan. In testing, the fog irrigation system has a water use efficiency of 75.86%, and in the treatment of fog irrigation, three times a day has the highest value of height and number of leaves with an average height of 3.72 cm and an average number of leaves 2.77 strands.</p>Gagassage Nanaluih De Side, Joko Sumarsono, Sirajuddin Haji Abdullah, Asih Priyati, Endang Purnama Dewi, Wenny Amaliah
Copyright (c) 2024 Gagassage Nanaluih De Side, Joko Sumarsono, Sirajuddin Haji Abdullah, Asih Priyati, Endang Purnama Dewi, Wenny Amaliah
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/1331Tue, 31 Dec 2024 00:00:00 +0000